Menilik Jejak Sejarah Masjid Cheng Hoo Surabaya, Kental Akan Arsitektur Klenteng China
Surabaya, Popars.id – Masjid Muhammad Cheng Hoo atau yang lebih dikenal dengan Masjid Cheng Hoo, adalah sebuah masjid unik yang berada di Surabaya. Keunikannya berasal dari arsitekturnya yang kental akan nuansa tiongkok, dan mirip dengan klenteng china.
Masjid Cheng Hoo adalah masjid pertama di Surabaya. Masjid ini didominasi oleh warna hijau, merah, serta kuning. Muhammad Cheng Hoo sendiri adalah nama dari seorang Laksamana, yang nama aslinya adalah H. Zheng He atau Ma Zheng He. Di daerah jawa, ia dikenal dengan nama Dampo Awang.
Laksamana Cheng Hoo adalah seorang muslim yang menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara. Ia telah mengarungi samudera sebanyak tujuh kali, dalam misi tersebut. Sehingga, dengan peran besarnya tersebut terhadap penyebaran agama Islam, namanya pun diabadikan menjadi sebuah nama masjid yang berada di Surabaya. Tepatnya di Jl. Gading No. 2, Surabaya.
Awalnya, rancangan Masjid Muhammad Cheng Hoo diadaptasi dari Masjid Niu Jie di Beijing. Kemudian desain arsitekturnya dikerjakan oleh Ir. Aziz Johan. Pada tahap awal, pembangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, membutuhkan dana sekitar Rp500 Juta. Namun secara total keseluruhan, masjid ini menelan biaya Rp3,3 Miliar.
Masjid ini memiliki luas tanah 7.070 m2. Di tanggal 13 Oktober 2002, dilakukan peresmian pembangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo. Kemudian selanjutnya di tanggal 28 Mei 2003, diresimkan oleh Menteri Agama RI saat itu, yaitu Bapak Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawwar, MA.
Dengan ukuran 21×11 meter dan bangunan utama sebesar 11×9 meter, tiap bangunan yang ada di Masjid Muhammad Cheng Hoo memiliki makna tersendiri. Seperti ukuran bangunan utama 11 meter, mengikuti ukuran bangunan Ka’bah pertama kali yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Sedangkan lebar 9 meter diambil dari keberadaan Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa.
Sedangkan arsitekturnya yang menyerupai klenteng china adalah untuk menggambarkan atau mewakili identitas muslim keturunan tionghoa. Dengan bentuk segi delapan pada bagian atas masjid, etnis tionghoa menyebutnya sebagai pat kwa. Yaitu angka delapan dalam tionghoa yang memiliki arti kejayaan dan keberuntungan.
Post Comment