Gereja Immanuel, gaya Klasisisme yang Masih Berdiri Kokoh

gereja immanuel

Jakarta, popArs.id – Jika berjalan melewati Jalan Medan Merdeka Timur, Gereja Immanuel bercat putih bersih masih berdiri kokoh di sisi jalan penjambon dan Medan Merdeka Timur.

Gereja GPIB Immanuel, terkadang terabaikan oleh pandangan mata, namun siapa sangka, dalam literatur sejarah kolonial, Gedung ibadah ini menjadi saksi bisu tempat berkumpulnya petinggi-petinggi Hindia-Belanda untuk beribadah.

Sejarah Gereja Immanuel

Dibangun atas dasar kesepakatan antara umat Reformed dan umat Lutheran di Batavia ( sekarang Jakarta). Pembangunannya dimulai tahun 1834 dengan mengikuti hasil rancangan J.H. Horst. Pada 24 Agustus 1835, peletakan batu pertama dilakukan sebagai simbol pembangunan. Empat tahun kemudian, 24 Agustus 1839, pembangunan berhasil diselesaikan.

Bersamaan dengan itu gedung ini diresmikan menjadi gereja untuk menghormati Raja Willem I, raja Belanda pada periode 1813-1840.

Gereja bergaya klasisisme ini bercorak bundar di atas fondasi setinggi 3 meter. Bagian depan menghadap Stasiun Gambir. Di bagian ini terlihat jelas serambi persegi empat dengan pilar-pilar paladian yang menopang balok mendatar. Sedangkan, serambi-serambi di bagian utara dan selatan mengikuti bentuk bundar gereja dengan membentuk dua bundaran konsentrik, yang mengelilingi ruang ibadah. Lewat konstruksi kubah yang cermat, sinar matahari dapat menerangi seluruh ruangan dengan merata. Menara bundar atau lantern yang pendek di atas kubah dihiasi plesteran bunga teratai dengan enam helai daun.

Gereja Immanuel saat ini adalah bagian dari Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) yang menganut sistem presbiterian sinodal. Kini, bangunan gereja berstatus sebagai cagar budaya Indonesia.

Gereja ini adalah satu-satunya gereja di Jakarta yang menjalankan ibadah dengan bahasa Belanda. Ibadah juga dilakukan dengan bahasa Indonesia dan Inggris.

Perlu diktehui, dalam arsitekur, klasisisme ditandai dengan penggunaan elemen-elemen yang terinspirasi dari Yunani dan Romawi Kuno, seperti kolom, pedimen, kubah, dan simetri.

Foto : Istimewa

Post Comment