Arsitektur Gaya Barok Hiasi Organ Pipa Klasik Gereja Sion
Jakarta, popArs.id – Arsitektur Gaya Barok menjadi sesuatu yang unik pada sebuah bangunan tua yang memiliki benda-benda bersejarah yang masih terawat dan terjaga. Membahas mengenai hal itu, Gereja tua, Gereja Sion, ternyata memiliki kekayaan tak ternilai lainnya yang masih terpelihara di saat banyak gereja lain menjual barang serupa secara tidak bertanggung jawab.
Organ Sion (biasa juga disebut “orgel” dari bahasa Belanda untuk organ pipa “orgelpijp”) benda menurut plakat kecil yang ada pada bagian depan organ berdiri sejak 1 Agustus MDCCCLX (1860 dalam angka arab) dan dibangun oleh orgelbauer (sebutan untuk pembuat organ pipa) E. F. Rijkmans. Plakat kuningan kecil itu sendiri berbunyi “Anno MDCCCLX Auguste 1; Organa hoec suo; Opere refecta, in solita sede loranda curavit E. F. RIJKMANS; urbana ecclesia organions” yang jika diterjemahkan secara langsung ke dalam bahasa Indonesia berarti, “1 Agustus tahun 1860; inilah organ mereka; telah diperbaiki, dalam perawatan rutin E. F. Rijkmans pembuat organ gereja perkotaan”.
Tetap berdiri dan beroperasi hingga saat ini mencapai usia 160 tahun (2020), maka Organ Sion menjadi salah satu organ dan alat musik tertua yang masih beroperasi di Indonesia.
Adopsi Arsitektur Gaya Barok Abad ke – 16 di Eropa
Keindahan luar biasa pada Organ Sion adalah arsitektur yang penuh dengan hiasan indah arsitektur gaya barok (gaya arsitektur yang penuh hiasan, dimulai sekitar akhir abad ke-16 di Eropa).

Patung-patung malaikat kecil di fasad serta ornamen megah ala barok mampu mendatangkan keindahan dan keagungan pada Organ Sion. Arsitektur Organ Sion sedemikian rupa sehingga tampak kompak dengan arsitektur Gereja Sion lainnya yang juga kental dengan gaya barok, seperti mimbar cawan dan ornamen-ornamen mimbar. Masih beroperasi dengan terbatas, Organ Sion ini menjadi satu-satunya organ gaya barok di Indonesia yang masih ada dan berfungsi.
Perlu diketahui, Organ Sion beroperasi dengan sistem pneumatik (tubular-pneumatic action), sistem yang kerap digunakan di dunia pembuatan organ pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Sistem ini menggunakan tabung-tabung timah untuk menghubungkan tuts dan pedal dengan katup yang mengendalikan aliran angin ke organ pipa. Sebelum direnovasi oleh Fa Bekker & Lefèbre pada tahun 1930, Organ Sion menggunakan sistem mekanik tracker-action yang menggunakan rangka-rangka sambungan untuk menghubungkan tuts dan pedal dengan katup. Mekanisme ini kemudian memungkinkan pipa berbunyi sesuai not dan suara yang diinginkan.
Pipa Organ Sion telah melalui beberapa renovasi sepanjang sejarahnya. Pada 1930, Fa Bekker & Lefèbre merenovasi Organ Sion dan mengganti pipa-pipa dan sistem organ dari mekanik menjadi pneumatik. Sejak 1980, organ kemudian rusak sehingga tidak dapat digunakan. Baru kemudian pada 1992 organ kembali direnovasi dengan bantuan beberapa pendukung yang tertera di plakat dekat bilik udara organ. Organ kemudian tidak dapat dipakai lagi dan baru pada 2001 organ direnovasi kembali. Setelah kembali mengalami penurunan kondisi tahun 2006, maka tahun 2012 Organ Sion mengalami renovasi skala besar di bawah orgelbauer asal Indonesia Benedictus Martino Hidajat.
Sebelum organis Jonathan Wibowo hadir pada HUT ke-313 Gedung GPIB Sion Jakarta (Oktober 2008) untuk membantu pelayanan, belum ada penjadwalan tetap untuk permainan organ pipa di Gereja Sion.
Organis (sebutan untuk pemain organ pipa) yang tercatat telah membantu pelayanan musik organ pipa di Gereja Sion antara lain Elizabeth Flora Makaminan, Jonathan Christian Turangan Wibowo (2008-2016, 2022-sekarang), Rillo Hans Stevanus Purba-Samallo, Dimu Boeky, Albert Deil (2015-2016, 2020-2022), dan Nico Gamalliel (2017-sekarang). Organis yang melayani di GPIB Sion Jakarta sebelum tahun 2000-an tidak tercatat dengan jelas.
Salah satu organis yang menurut cerita pernah turut dalam pelayanan organ pipa di GPIB Sion adalah Pnt. Drs. Janus Siagian (1970-1982). Sebelum Pnt. Janus, pemain organ pipa di GPIB Sion menurut cerita adalah organis asal Belanda yang masih tinggal di Indonesia setelah kemerdekaan.
Diketahui juga. organ ini merupakan pemberian dari putri, Pendeta John Maurits Moor. Menurut sejarah yang dihimpun Rudi van Straten dari Sounding Heritage Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, organ ini merupakan pindahan dari Gereja Kota yang kemudian hancur karena serangan serangga pada konstruksi kayunya.
Organ pada gereja tersebut kemudian dipindahkan ke Portuguese Buitenkerk atau Gereja Sion dan diperbesar dengan penambahan menara pedal (dua menara pipa berukuran panjang yang merupakan pipa-pipa pedal. Di kiri dan kanan bagian depan/fasad). Konsol (bagian untuk memainkan organ pipa, terdiri atas keyboard dan pedalboard/pedal) dahulu berada di depan organ, dan saat ini sisa lubang tombol register (jenis-jenis suara) masih terlihat.
Foto : Istimewa
Post Comment