Gedung AA Maramis, Cagar Budaya peraih IAI Award 2024
Jakarta, popArs.id – Menjadi peraih Penghargaan Utama untuk kategori Cagar Budaya di ajang IAI Award 2024, Revitalisasi Gedung AA Maramis Kembali banyak diperbincangkan. Adalah Sonny Sutanto dan Endy Subijono, 2 Arsitek yang berada dibalik kesuksesan Revitalisasi Gedung tersebut.
Gedung AA Maramis awalnya merupakan istana bagi Gubernur Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Gedung ini mulai dibangun pada Maret 1809 dan selesai tahun 1828. Pada saat itu Daendels memindahkan pusat pemerintahan dari Oud Batavia di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru yakni Niew Batavia di Weltevreden.
Jejak Sejarah Gedung AA Maramis
Gedung ini dirancang oleh J.C. Schultze dengan gaya yang populer di Prancis saat itu, yaitu Gaya Imperium. Dalam perjalanan perancangannya gaya ini menyesuaikan diri dengan iklim tropis Indonesia dikenal dengan gaya Imperium Hindia.

Istana ini terdiri dari bangunan utama dua lantai sepanjang 160 m yang ditujukan untuk kediaman Gubernur Jenderal Daendels sendiri. Kediaman pribadi diapit dengan dua sayap di kiri dan kanannya yang dimaksudkan untuk pusat administrasi, wisma, kandang untuk 120 kuda, dan rumah kereta kencana. Istana ini sendiri dibangun menggunakan sisa batu bata dari Kasteel Batavia di abad ke-17 dan sebagian dari tembok kota yang dibongkar pada tahun 1809.
Tata Ruang pusat ibukota baru di Weltevreden menggunakan pola konsentrik yakni pusat kawasan dikelilingi oleh kawasan penunjang yang terdiri atas Lapangan Banteng, Gedung Department van Financien, Hooggerechshof (Gedung Jusuf Anwar), Citadel Prince Frederick (sekarang Masjid Istiqlal), Great Palace of Weltevreden (RSPAD), Gedung Kimia Farma, Gereja Katedral, dan Gedung Kesenian Jakarta.
Pada 1836, Department van Financien dibentuk dan bertempat di Istana Daendels. Gedung Department van Financien digunakan untuk aktivitas keuangan sehari-hari dan diserahkan kepada Kementerian Keuangan pada 1950. Untuk menghargai jasa A. A. Maramis, pada tahun 2008 Gedung Department van Financien atau Gedung Daendels ini diberi nama Gedung A. A. Maramis.
Pada November 2019, karena kondisi Gedung A. A. Maramis rusak berat, bangunan ini mulai dipugar dan selesai pada Desember 2022. Proses pemugaran dilaksanakan secara ketat dan memperhatikan kaidah konservasi benda cagar budaya. Pekerjaan yang dilakukan meliputi penguatan struktur bangunan, konservasi arsitektur, interior, mechanical-electrical-plumbing (MEP), pencahayaan khusus, serta lanskap area Gedung A. A. Maramis.

Pekerjaan pemugaran bangunan Gedung AA Maramis dilakukan berkelanjutan dan konsisten oleh beberapa pihak secara lintas profesi. Diawali dengan penggalian data dari arsip lama di Indonesia dan Belanda (Kerjasama Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA) dan Passchier Architects and Consultants (PAC) Belanda), penelitian, dokumentasi dan penggambaran ulang (PDA, 2005), penelitian lanjutan terhadap kondisi eksisting bangunan (PDA, 2012) dan uji material oleh Puslitbangkim KemenPUPR (2019).
PT. Jakarta Konsultindo (2019-2020) dipercaya membuat Konsep teknis Tindakan pemugaran yang harus dilakukan dan menyusun rancangan pekerjaan pemugaran multi disiplin. Gedung A.A. Maramis sendiri mempunyai luasan sekitar 12.000m2.
Revitalisasi Gedung AA Maramis bukan menjadi satu-satunya peraih penghargaan di IAI Award 2024. Pada ajang ini 8 karya mendapatkan penghargaan utama untuk beberapa kategori yang berbeda.
Berikut beberapa karya yang mendapatkan penghargaan utama IAI Award 2024 :
- Revitalisasi Gedung AA Maramis , Kategori Cagar Budaya (Sonny Sutanto dan Endy Subijono).
- BMJ Headquarter Kerawang, Kategori Perkantoran (Yanto Effendi).
- Kantor GRHA Pulogadung, Kategori Perkantoran (Budiman Hendropurnomo).
- Golo Mori Convention Center, Labuan Bajo, Kategori Bangunan Publik (Adi Purnomo).
- Revitalisasi Pasar Johar Semarang, Kategori Bangunan Cagar Budaya (Timmy Setiawan).
- STT Makedonia, Kalimantan Barat, Kategori Bangunan Pendidikan (Jimmy Purba).
- FIN Island Resto, Nusa Lembongan, Bali, Kategori Komersial (I Putu Swantara Putra).
- Kampung Susun Cikunir, Jakarta, Kategori Hunian Publik (Achmad Sadili)
Post Comment